Rabu, 05 Desember 2018

Resensi Novel

Gadis Inspiratif untuk Kalangan Hawa 
Oleh Yeti Mulyati

Judul Buku : Tentang Kamu
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : Republika
Tahun Terbit : 2016
Cetakan : ke-2
Tebal Buku : vi + 524 halaman

Tere Liye kembali dengan novel terbarunya yang berjudul Tentang Kamu. Novel ini mampu menggugah hati yang dipenuhi kerikil-kerikil kebencian menjadi hati yang pemaaf. Bagaimana tidak, Tere Liye menyampaikan pandangannya tidak seperti sedang menggurui namun melalui tokoh Sri Ningsih yang dikemas menjadi sosok wanita yang tidak terlalu cantik namun memiliki hati mutiara. 

Novel yang berjudul Tentang Kamu karya Tere Liye dapat dikategorikan novel inspiratif, terutama bagi para wanita yang krisis dengan kepercayaan diri dengan penampilan. Sosok Sri Ningsih yang digambarkan Tere Liye sebagai gadis yang memiliki kulit hitam, gempal serta pendek namun memiliki kepribadian yang membuat orang disekitarnya nyaman. Tak memiliki rasa dendam terhadap orang-orang yang membencinya termasuk ibu tirinya yang menganggapnya sebagai anak sial dan dikutuk. Rentetan musibah yang menimpanya telah membuat gadis kecil ini kuat dan selalu menjadi jiwa pemaaf. 

Untuk menampilkan sosok Sri Ningsih, Tere Liye melibatkan tokoh Zaman seorang mahasiswa Oxford University yang sedang menyelesaikan kuliahnya master hukum. Tokoh Zaman ditunjuk oleh Thompson & Co (sebuah firma hukum) untuk menyelesaikan harta warisan Sri Ningsih setelah satu hari kematiannya saat itu. Pada saat itu peraturan di Paris jika kekayaan tidak memliki ahli waris, maka kekayaan itu menjadi milik Ratu Inggris. Pada saat itu firma hukum Thomson & Co mendapatkan surat yang tidak tahu pengirimnya untuk menyelesaikan warisan sebesar satu miliar pounsterling atau setara dengan 19 Triliun rupiah. Surat itu datang sehari sebelum kematian Sri Ningsih. 

Melalui tokoh Zaman, Seluruh kehidupan Sri Ningsih dapat dikupas secara detail mulai dia dilahirkan di Pulau Bugin Sumbawa sampai meninggal di kota besar Paris. Melalui penelusuran Zaman ada 5 orang tokoh yang menceritakan kisah kehidupan Sri Ningsih. Dimulai dari kisah Ode seorang tua di kota Sumbawa. Ode pada saat Sri Ningsih dilahirkan berusia 9 tahun. Dia tahu persis bagaimana ibu Sri Ningsih meninggal setelah kelahiran bayinya. Pada saat ayahnya meninggal, ibu tiri Sri Ningsih berbalik menjadi garang karena dia menganggap Sri sebagai anak sial dan dikutuk. Rentetan penyiksaan ibu tirinya yang membuat Sri bertambah kuat. Namun Sri tidak pernah membenci ibunya. Hal ini dia buktikan ketika rumahnya terbakar. Sri berani menerobos kobaran api untuk menyelamatkan ibu dan adik tirinya. Adik tirinya dapat diselamatkan, namun ibu tirinya tidak karena kakinya terhimpit kayu sehingga sulit bagi Sri untuk membopongnya. Pada saat itu Nussi Maratta melihat ketulusan anak tirinya. Namun terlambat api semakin membesar dan dia menyuruh Sri untuk pergi menyelamatkan adiknya Tilamuta. 

Bagian berikutnya kehidupan Sri Ningsih di Pesantren. Bagian ini diceritakn oleh tokoh Nuraeni sahabat Sri Ningsih. Pada bagian ini kehidupan Sri lebih menyakitkan karena penghianatan sahabatnya sehingga memakan berpuluh-puluh nyawa. Bahkan adiknya Tilamuta terbunuh mengenaskan dengan potongan-potongan tubuh, dagingnya berceceran karena sebagian dimakan anjing. Pada saat itu Sri sekolah di Pesantren yang dipimpin oleh kiyai Ma’sum sampai menjadi tenaga pengajar di sana. Dia bersahabat dengan Nuraeni anaknya kiyai ma’sum dan Lastri anak angkatnya kiyai ma’sum. Namun persahabatan mereka hancur akibat kebencian Lastri yang merasa cemburu pada kehidupan Nuraeni. Setelah Nuraeni menikah sebagian kegiatan kepesantrenan dipercayakan pada Arifin suami Nuraeni. Sri merasa lahan suaminya Musoh direbut. Akhirnya Lastri dan Musoh mengundurkan diri menjadi guru. Pada bagian ini Tere Liye berhasil menggambarkan Susana pemberontakan tahun 60-an. Pemberontakan yang mencekam namun dapat dilumpuhkan oleh pemerintah. Pada saat itu Lastri dan Musoh dengan kelompok tersebut dengan menggalang kekuatan untuk menyerang dan membantai pesantren kiyai Ma’sum. Dan pembantaian itu terjadi begitu cepat. Para santri yang tidak sempat menyelamatkan diri mandi darah. Keluarga kiyai Ma’sum disekap di pabrik gula kemudian dibakar. Namun aksi itu dapat dihentikan karena Sri Ningsih yang sebelumnya diculik oleh Lastri dan disekap dapat menyelamatkan diri. Bersama warga Sri Ningsih menuju pabrik gula meskipun hanya Nuraini dan Arifin yang selamat. 

Bagian ketiga yaitu kehidupan Sri Ningsih di kota Jakarta. Untuk melupakan pembantaian itu, Sri Ningsih merantau ke kota Jakarta. Sri Ningsih berjuang untuk menaklukkan kota Jakarta. Dan itu berhasil. Mulai dari jualan nasi goring di tanah abang sampai menjadi pengusaha besar toiletres. Namun yang mengherankan setelah perusahaannya besar dan banyak diperhitungkan oleh para pesaingnya, Sri Ningsih menjual saham perusahaan tersebut dan dipercayakan pada Chaterine. 

Bagian keempat, Sri Ningsih tinggal di London. Di sinilah Sri menemukan cinta sejatinya. Di sini Sri mampu menaklukkan kota London sebagai sopir bus. Dialah wanita satu-satunya pada saat itu yang menjadi sopir bus. Berkat kepribadiannya yang selalu ingin menolong orang lain akhirnya ada pria Turki yang jatuh cinta pada gadis gempal asal pulau Bugin. Mereka menikah namun pernikahannya dilanda musibah. Sri dua kali mengandung namun anak-anaknya tidak ada yang selamat. Kemudian disusul oleh Hakan suaminya, meninggal dunia untuk selama-lamanya. Hakan meninggalkan perusahaan yang bergerak dibidang IT. Perusahaan itu dipercayakan pada Aamir tetangganya yang sudah dianggap keluarga sendiri. Kembali lagi Sri meninggalkan tempat itu secara diam-diam. 

Bagian kelima. Inilah bagian akhir dari kehidupan Sri, namun bagian yang paling menyenangkan karena pada bagian ini Sri dapat berkreasi dan keliling dunia. Setelah meninggalkan segala kenangan dengan suaminya, Sri tiba di sebuah panti jompo yang terletak di kota Paris. Di panti jompo inilah Sri banyak belajar berbagai ilmu dengan membaca, berkreasi dan berkebun. Di sini kehidupannya tanpa beban. Kemudian Sri melamar menjadi guru menari. Dari profesi inilah Sri dapat keliling dunia untuk mengantarkan anak-anak didiknya mengikuti berbagai pementasan dan kompetisi. Hingga akhirnya dia mendadak sakit dan meninggal dunia. Namun sebelum meninggal dunia Sri sempat menitipkan dua surat kepada temannya di panti jompo dengan tujuan ke Indonesia dan London. Kedua surat itulah yang menjadi penyelesaian konflik yang terjadi pada novel ini. 

Rentetan kejadian tersebut bukanlah konflik utama dalam novel karya Tere Liye ini. Namun Tere Liye mampu menghadirkan kejadian-kejadian tersebut sebagai peristiwa-peristiwa penting untuk menuju ke penyelesaian. Dengan mengawali cerita ini dengan kasus pencarian ahli waris sebesar satu miliar pounsterling atau setara denga 19 triliun rupiah, Tere Liye berhasil untuk menjebak pembaca sehingga pembaca diselimuti rasa penasaran dengan terus membaca tiap bagian novel ini. 

Novel ini berakhir happy ending yaitu dengan keberhasilan Zaman menemukan dan menangkap orang yang membuat Sri ketakutan. Ya Lastri sahabat Sri berhasil meloloskan diri dari penjara dan dia terus menguntit kehidupan Sri. Berpindahnya Sri dari Jakarta ke London, dari London ke Paris untuk menghindari kejaran Lastri. Dan itu Sri rahasiahkan. Setelah kematian Sri, Lastri berpura-pura menjadi mertua Tilamuta dengan tujuan untuk memburu harta warisan itu. Tilamuta merupakan pewaris tunggal karena Sri hanya memiliki satu saudara. Namun aksi Lastri dapat dibongkar oleh Zaman sekaligus membebaskan Tilamuta yang selama berpuluh-puluh tahun dikerangkeng. Tilamuta yang dianggap sudah mati ternyata pada saat penyerangan ke pesantren diculik terlebih dahulu sama halnya dengan Sri. Namun Tilamuta tidak dapat membebaskan diri seperti Sri yang berhasil kabur. Namun berkat kecerdasan Sri yang berpura-pura menjual perusahaan toiletres di Jakarta, usaha Lastri gagal. Sebelum menjelang ajalnya Sri mengirimkan dua surat wasiat yaitu ke Thompson & Co dank e Indonesia yaitu sahabatnya Nuaini. 

Menilik dari rangkaian peristiwa, novel ini menggunakan alur campuran yang variatif. Jenis alur ini sulit diterapkan oleh penulis pemula. Namun Tere Liye dengan kepiawaiannya mampu menyelesaikan cerita ini dengan cara mengesankan. Begitu pula bahasa yang digunakan menarik, energik, penuh dengan motivator serta menggunakan gaya bahasa yang luwes. Cara pendeskripsian latar tempat, waktu, dan keadaan sangat mempengaruhi pembaca. Pembaca seolah-olah menyaksikan dan merasakan rentetan kejadian yang dideskripsiskan dengan kalimat-kalimat pendek. Hal yang disayangkan dalam novel ini yaitu judulnya terlalu sederhana sehingga pembaca sulit menduga jenis novel ini. Namun setelah dibaca ternyata novel ini termasuk novel inspiratif yang penuh dengan misteri. Nah, novel ini bagus dibaca oleh semua kalangan karena novel ini kaya dengan pesan moral seperti, pentingnya kesetiaan, perjuangan yang tiada batas, kebaikan pasti akan menuai kebaikan pula. Dengan membaca novel ini, Anda belajar banyak hal.

0 komentar:

Posting Komentar